Tarian Kebebasan


Photo by YoungGeun Kim

Sorot lampu mulai dinyalakan, siap ikuti kemana pun langkah kaki menapak. Kucoba tenangkan diri, bersikap biasa saja melihat ribuan pasang mata memandang. Kutarik napas sedalam mungkin dan mengeluarkannya perlahan-lahan. Alunan irama kusesuaikan, seanggun mungkin menggerakkan tangan dan kaki; berjalan, memutar, melengkung, kulakukan dengan menjaga keseimbangan.

Hampir setiap gerakan terasa ringan dan mudah, tidak ada kesulitan berarti menghambat tarianku. Pun ketika berdiri hanya satu kaki. Di tengah pertunjukan, kuangkat badan agar melayang ke udara, melangkah ke depan sejauh mungkin. Namun lompat kakiku ternyata lebih kuat dari pada lengkung tubuhku. "Dugh", lututlah yang mendarat terlebih dahulu.

Sedikit meringis, kutahan bangkit melanjutkan. Meneruskan tekad untuk menyelesaikan semua gerakan hingga akhir pertunjukan. Meski tidak leluasa seperti gerakan di awal, tetap ikuti irama lagu yang mampu tenangkanku.

***
Bibirku 'tak hentinya menyunggingkan senyuman. Semua beban kutinggalkan, kebebasan seolah membukakan pintu untukku, dan aku merasa diajaknya terbang. Kulepas rasa kecewa akibat cibiran teman-teman yang kutolak ajakan bermainnya.

Pesan Ayah dan Bundalah yang mengukuhkan keinginanku, "Apa pun cita-cita Ade, belajarlah dengan sungguh-sungguh. Ayah dan Bunda akan selalu mendukung."

Ada bangga dan haru menerpa, tatkala riuh orang mengadu kekuatan kedua tangan, mengeluarkan suara tanda suka, sekaligus petanda suksesnya pertunjukan. Kubungkukkan diri menghormati dan mensyukuri atas penampilan kali ini. Binar mataku tak lepas memandangi mereka dengan seksama.

Tiba-tiba, layar menjadi gelap, senyum merekah langsung lenyap dari bibirku.

"Ade, udah waktunya tidur. Nonton tv-nya besok lagi," suara Bunda di belakangku sedang memegang remote tv.



Turut memeriahkan Prompt #101 - Sang Balerina

4 Komentar

Lebih baru Lebih lama